Anakku bandel sekali_part 3

Poin selanjutnya adalah :

2. Hati-hati dengan pemberian label pada anak

Jangan langsung dilarang ya. Dijaga sambil ditegur pelan-pelan : "Waah, aa jadi tinggi ya. Hati-hati lho, berbahaya karena bisa jatuh. turun yuk. Kita mewarnai aja gimana?"

Jangan langsung dilarang ya. Dijaga aja sambil ditegur pelan-pelan : "Waah, aa jadi tinggi ya. Hati-hati lho, berbahaya karena bisa jatuh. Turun yuk. Kita baca buku aja gimana?"

Saya sering mendengar para ibu mengeluh, “Duh, Mbak anak saya nih nakaaal sekali.” Baik ketika sedang di ruang tunggu dokter spesialis anak, di kereta, ataupun curhatan teman kantor yang anaknya balita.

Ini yang disebut dengan labeling. Dan persepsi yang terkandung dalam labeling itu akan mempengaruhi cara Anda  berperilaku dan berbicara di depan anak.

Yang pasti, Anda akan menjadi tidak sabaran dan gampang marah melihat perilaku sang anak. Di mata Anda, mereka selalu saja serba salah.

Label, menurut A Handbook for the Study of Mental Health, adalah definisi yang diberikan kepada seseorang dan akan menjadi identitas diri orang tersebut serta menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia.

Dengan memberikan label pada seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu per satu.

Dalam teori labeling, ada satu pemikiran dasar : Seseorang yang diberi label sebagai seorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian, akan menjadi devian.

Ini sama dengan : Anak yang diberi label nakal dan diperlakukan seperti anak nakal, akan menjadi nakal.

Berarti akan sama juga seperti : Anak yang diberi label pintar dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar.

Dalam buku Raising A Happy Child, banyak pakar yang sepakat bahwa bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya.

Anak yang memandang dirinya baik, akan mendekati orang lain dengan rasa percaya dan memandang dunia sebagai tempat yang aman. Dia pun akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

So that, kalo anak nakal (naughty), jangan katakan bahwa dia nakal, tapi katakan bahwa perilakunya salah (misbehave).

Anak-anak sering berperilaku salah. Selain karena mereka belum mengetahui semua hal baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh, mereka juga suka menguji batas-batas orangtuanya lho.

Misalnya, ketika si kakak berteriak-teriak sehingga membangunkan adiknya yang baru saja ditidurkan. Lebih baik katakan, “Nak, berteriak itu tidak perlu. Adik jadi bangun kan. Tenggorokan juga jadi sakit tuh. Lain kali kalo ngomong pelan aja ya.” Anda bisa menunjukkan ekspresi tegas disini untuk menekankan teguran verbal Anda. Daripada, “Kakaaak, nakal sekali sih teriak-teriak gitu!”

Dengan demikian, tidak ada pesan negatif yang masuk kepikiran anak. Bahkan malah mendorong anak berperilaku benar di waktu berikutnya.

Bagaimanapun, cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan-kekurangan anak akan sangat berpengaruh pada anak sepanjang hidupnya.  Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dan mempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan pada anak.

Related posts :

Coba renungkan sekali lagi posting Seni Melarang Anak dengan Bijak. Rumusnya sederhana kok : tanya-jelaskan-beri alternatif

Ingat juga manifesto tentang mendidik anak di-posting-an Kata-kata Bijak dalam Mendidik Anak. That’s our rules. Dicatet lho ya, Bu.

Dan di posting Bagaimana Berperilaku di Depan Balita Anda, saya sudah menekankan bahwa tidak ada anak nakal, yang ada adalah orang dewasa yang gagal mengarahkannya.

–the end–

16 Tanggapan to “Anakku bandel sekali_part 3”

  1. Bundanya Dita Says:

    Tips nya sip markosip! Thanks 🙂

  2. Ajie Says:

    Nice article 🙂 ….anak saya usia 18 bulan, dan selama ini ilmunya baru dari buku2 psikologi waktu kuliah dulu dan Nenny 911…hehe. I need articles like this. Salam kenal.

    —–
    Whew, sama-sama anak psikologi nih. TQ, Mas udah mampir. Blognya kocak tapi penuh sindir, hehehe…

  3. abdee Says:

    Hmmm… kalo bapaknya yang bandel sekali?

    —–
    Dinakalin balik aja. Pasti ngga bandel lagi. Jahhh…

  4. omiyan Says:

    hahahaha emang begitu bocah sama kayak bunga, tapi sebaiknya jangan dibiarin takut jadi kebiasaan dan yang paling ditakutkan adalah jatuh….

    —–
    Akur, Om…

  5. bodrox Says:

    wahaha… mamanya psikolog dapet ekhm… dapet cobaan, alias nyang namanya tanggung jawab atau apalah. yang jelas anak itu karunia 🙂

    btw, saya kasih award buat mbak gita. bagi2 sama anaknya.

    —–
    Mw psikolog mw bukan, setiap ibu pasti mengalami momen ‘Indahnya Menjadi Ibu” seperti itu kok, Mas

    Makasih untuk awardnya, anyway…

  6. demoffy Says:

    anak kecil memang begitu…
    saya dulu juga begitu….
    biarkan…
    karena itu bisa menunjang kreatif anak….
    tapi tetap selalu dalam perhatian orang tua… 🙂

    —–
    Pernah mengalami sendiri, Mas day to day activities ngurusin anak? 😦

  7. KauTsaR Says:

    Bocah kecil harus disabari sih…
    bagus ni buat para ortu..
    thank

    —–
    Yah, tulisan ini memang ditujukan untuk para ortu, calon ortu, dan para pencinta anak ya, terutama untuk penulisnya sendiri biar tetap waras 😀 Maklum, menjaga kesadaran untuk tetap sabar, bukanlah hal yang mudah.

  8. acut Says:

    tulisan yang bagus..semoga pembaca..mengerti..

    —–
    Hmm, para pembaca yang budiman, tulisannya bisa dimengerti ngga??

  9. dafhy Says:

    nice tips bisa dipraktekkan jika saya telah menikah nanti :mrgreen:

    —–
    Owh, kirain udah berkeluarga, Mas karena lihat avatarnya bayi gitu. Oke deh, silahkan baca-baca lagi kategori Mom and Kiddie kalo udah married yak. Semoga bermanfaat…

  10. baitul alim Says:

    Benar pak, hal yang seperti itu akan mempengaruhi konsep diri anak.salam kenal ya….kunjung balik 🙂

    —–
    Pak??!

  11. amril Says:

    Salam kenal Mbak. Terimakasih atas sharingnya yang bermanfaat dalam mendidik anak..

    —–
    Salam kenal juga, Pak. Alhamdulillah…

  12. nia Says:

    mbak gita,.. sekalian mo tanya nih :
    1. anak saya kalo melakukan pelanggaran udah saya tegur dgn sehalus mungkin,.(pokoknya sesuai teori di buku deh ) tp tetep aja kok ga didengerin ya…? kenapa ya..?
    2. ANak saya 5,8 th ,.tingkahnya persis seperti anak mbak gita sejak umur 3th,..sampai sekarang masih seperti itu,..kalo tidak ditegor bisa sembuh sendiri ga ya..? umur brp tingkah begini dapat sembuh..?
    3. Anak saya kadang2 (biasanya habis tidur )ngamuk tanpa sebab/ sebab yang sepele,…tidak diungkapkan sebab amarahnya,..tau2 teriak2,..kenapa ya mbak..?
    4. Apakah sifat pemarah,emosional, suka mengamuk kebanyakan karena keturunan?

    wah terima kasih banyak mbak…

  13. vina Says:

    setuju bu, anak kita juga seumuran, hahaha teorinya emang begitu bu, tapi untuk menjadikan perilaku aih susah banget git, butuh kerjasama semua pihak, kadang aku masih suka gak sabar ngadepin yang gedhe terutama, sampai my hubby bilang, “dah tau teorinya, tapi g dilaksanakan” hehehe, sukses ya bu

  14. syaiful Says:

    salam kenal. mampir ya. dan baca dulu

  15. Bandel vs Kreatif « ………. Z E F K A ………. Says:

    […] sesuatu yg beda atau lain dengan sebelomnya, sesuatu yg baru pasti sangat menarik minatnya. Kalo Wima, jagoannya Mbk Sanggita,  manjat jendelanya udah hampir sampe puncak, kalo Zefka blom terlalu tinggi sih. paling2 baru […]

  16. ekojuli Says:

    Mencari Cara Mengasuh anak Tanpa Memarahi, apalagi dengan kekerasan:

    klik: Mencoba Mempraktekkan Reward & Punisment pada Anak


Tinggalkan komentar