Bermasalah dengan Merah

Hal pertama yang paling saya takutkan saat ini adalah kehilangan data-data dalam notebook dan smart-phone tercinta karena separuh ingatan, pemikiran dan kenangan tersimpan di gadget tersebut (beginilah manusia 2.0 😀 ). Sedangkan, hal kedua yang tak kalah menakutkan adalah menempelnya warna merah ke tubuh saya! Karena saya merasa sebagian besar kepercayaan diri turut menguap, berbanding lurus dengan semakin banyaknya corak merah yang hadir.

Terakhir kali saya (terpaksa) mengenakan atasan warna merah adalah saat ada acara besar yang melibatkan ratusan orang di Cipanas enam tahun yang lalu. Itu pun saya memilih pinjam daripada beli! Saya hanya tak ingin sehelai pun kain merah menodai isi lemari. Dan terakhir saya mengenakan pakaian berlebihan adalah saat sering menari Jawa klasik dan melakonkan wayang orang di panggung, lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dhapukan terakhir yang saya mainkan adalah berperan sebagai Pergiwa*. See, apa warna ageman Pergiwa? Hitam. Bukan Srikandhi (atau pun Wonder Woman?) yang selalu didominasi merah itu! Maaf, saya memang sangat bermasalah dengan merah.

Baca entri selengkapnya »

Di Sepanjang Mata Air Bening di Batin Ibu

HamilSaat ini, saya masih menghikmati detik-detik Ibu meregang nyawa untuk mengeluarkan tubuh mungil saya dari rahimnya.

Saat-saat bagi si jabang bayi untuk lahir, karena kandungan ibunya sudah tak lagi mampu menampung dirinya. Jabang bayi itu harus menjadi kandungan semesta.

Dan baru kali ini saya merasa sangat asing dengan diri sendiri. Seperempat abad kontrak hidup yang dijatahkan akan saya lewati. Jika alhamdulillah dua hari yang lalu saya telah memperpanjang kontrak untuk seperempat abad kedua. Mungkin akan ada yang ketiga, keempat, dst. Mungkin juga malah kontrak kedua ini pun tak sampai ke batas waktunya. Kita tidak akan pernah tahu.

Terasa asing karena saya disuguhi tontonan yang pemain utamanya ternyata adalah diri saya sendiri dalam 25 tahun terakhir. Bagaimana jabang bayi yang diberi nama lengkap Sanggita Trisna Endramurti ini melakonkan panggung dramanya sendiri. Tanpa pemeran pengganti.

Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Reflection. Tag: . 14 Comments »

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa

PuasaSemoga bukan sekedar kebiasaan untuk menjalankan kewajiban.
Bukan sekedar tradisi yang tak termaknai.
Bukan ketidaksabaran menunggu perayaan.

Selamat berpuasa, Kawan…

[Manusia adalah paradoks yang berjalan di atas dua kaki. Oleh karena itu, ia harus mampu meniti tali kesetimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial]

Semoga bukan sekedar kebiasaan untuk menjalankan kewajiban.
Bukan sekedar tradisi yang tak termaknai.
Bukan ketidaksabaran menunggu perayaan.

Selamat berpuasa, Kawan…

[Manusia adalah paradoks yang berjalan di atas dua kaki. Oleh karena itu, ia harus mampu meniti tali kesetimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial]

Ditulis dalam Reflection. 5 Comments »

Kabut di perjalanan Senin dini hari

car-dashboard-nightTepat pukul 2.45 pagi di setiap hari Senin, saya bersiap meninggalkan Sukabumi menuju Jakarta. Ritual yang dulu sangat saya benci namun sekarang berlahan-lahan saya nikmati.

Ternyata pagi itu berkabut. Kaca mobil bagian depan menjadi buram. Dari 130 km jarak yang harus ditempuh, mobil terpaksa berhenti di km 13. Pun meski telah dibersihkan, jarak pandang hanya 5 m ke depan. Sedikit terbantu karena pendar-pendar lampu.

Tapi dengan mantap, mobil terus melaju. Seolah ia tahu ke mana arahnya, rute mana yang harus dilalui, dan kapan harus sejenak berhenti. Namun sebenarnya, mobil sekedar menyusuri aspal jalan yang disediakan. Ia hanya berpegang pada peta dan kompas dari Sukabumi menuju Jakarta.

Ah – pikir saya – bukankah demikian pula hidup?

Baca entri selengkapnya »

Transformasi setelah hibernasi

View from the topGenap satu bulan saya menghibernasikan blog. Ada banyak kejadian yang saya alami dan tidak sabar ingin saya bagi.

Bukan peristiwa besar, hanya sekumpulan peristiwa-peristiwa sederhana namun tidak lagi dilihat dari sudut pandang orang awam.

Sebuah transformasi dari dalam dan butuh kesabaran. Karena seringkali membuat saya lebih moody dan sangat sensi.

Saya yakin, setiap orang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Mendengarkan kilatan-kilatan perasaanya, membahasakan dan memaknainya. Dan semua itu bermuara pada genangan pemahaman terhadap diri dan dunia yang lebih mendalam. Saya tidak tahu apakah Anda pernah mengalami hal yang sama. Tapi itulah kenyataan yang sedang saya rasakan.

Baca entri selengkapnya »

Unplugged

orchid-rocks<update status> Keasyikan fesbuk. Ketagihan olahraga. Fokus di kerja. Senang-senangnya nulis dan baca. Kangen keluarga…

Blog walking ntar malam ya. Nantikan saya.. :mrgreen:

Ditulis dalam Reflection. Tag: . 8 Comments »

Hening

phone-splashBeranikah Anda libur dari aktivitas berinternet? Sudah satu minggu saya memotong alokasi waktu untuk online secara besar-besaran.

Mematikan Y!M, facebook, blog hanya 15-30 menit/hari, masih belum berminat terhadap plurk, hape juga kebetulan mati. Berani?

*Weekend ini saya juga berencana tidak pulang Sukabumi.

**Komunikasi cukup di kantor saja. Menggunakan telpon kantor, chat kantor, dan imel kantor. Secara pribadi, kadang kita butuh waktu untuk diri sendiri lho.

Medical check-up

measuring-blood-pressureHari ini, akan ada medical check-up/mcu tahunan bekerja sama dengan Prodia di kantor.

Memang untuk mcu, kantor saya bekerja sama dengan Prodia, dari seleksi calon karyawan yang lolos psikotes dan wawancara hingga cek kesehatan periodik seperti ini.

Terus terang saya cukup deg-degan dengan hasilnya nanti. Apa pasal? Jika saya baca-baca di diari, frekuensi sakit saya selama 1,5 tahun di Jakarta memang cukup tinggi.

Mulai dari rambut yang tiba-tiba rontok (>50 helai sekali sisir), sakit kepala ringan (that’s why, panadol/aspirin selalu ada di tas), diare kronis (>15 kali sehari selama 2 minggu), demam, hingga kaki bengkak seperti orang hamil tua.

Dan dengan semua itu saya tetap bekerja seperti biasa. Mengurus keluarga seperti biasa. Beraktivitas seperti biasa.

Baca entri selengkapnya »

Ow ow syapa diya…

fingers

ki-ka : jari Wima, jari suami, jari saya (kelingking semua)

Alhamdulillah, prosesi contreng-mencentang telah dilaksanakan. Berhubung hingga semalam saya tidak juga mendapatkan informasi akurat tentang para kandidat, saya pun hanya mencontreng nama partainya.

Yang menggelikan adalah ketika membuka lembar DPD yang hanya disediakan foto dan nama kandidat, tanpa embel-embel partai.

Duh! Kok ya otomatis saja saya menyanyikan syair yang sedang saya gemari 2 minggu terakhir : “Ow ow syapa diya..” sambil cengar-cengir garing melihat suami yang serius sekali di bilik lain. Wima yang saya ajak ke TPS malah komplain, “Kok ibu nyanyi sih. Nyontreng atuh.”

Ha-ha, dengan tetap bernyanyi-nyanyi kecil, saya pun mengeluarkan jurus feeling ala HR. Menatap foto dalam-dalam kemudian berusaha memetakan tipe kepribadian. Merasakan nama kandidat kemudian berusaha memetakan kompetensinya. Sekali lagi menatap fotonya kemudian berusaha memprediksi kinerja.

Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Reflection. Tag: , . 19 Comments »

World Earth Day’s Reflection

Rangkaian kata dan makna yang ditulis Dewi “Dee” Lestari selalu saja mampu menggugah untuk berubah. Hari ini saya kutipkan salah satu perenungannya dalam rangka memperingati Hari Bumi tanggal 22 April. Untuk sumber asli, Anda bisa klik di judul.

world-earth-day

Harta Karun untuk Semua

Published : Pikiran Rakyat
Penulis : Dewi “Dee” Lestari