Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Budaya_part 1

indonesia_jakartaJudul : Semangat Indonesia (Suatu Perjalanan Budaya)

Penulis : Umar Kayam

Penerbit : PT Gramedia dengan Mobil Oil Indonesia, Inc (1985)

Tebal : xvi+156 halaman

Seorang ibu tua dari Lebusan mengeluh bahwa gadis-gadis Bakung sekarang terlalu malas untuk berlatih Kancet secara teratur. Mereka lebih tertarik pada musik pop daripada tarian dan lagu-lagu Dayak. Wah! Apakah betul saya mendengar keluhan ini di tengah belantara Kalimantan Timur dan tidak di keraton Jawa atau Bali?

Demikian selarit kalimat Umar Kayam dalam mendeskripsikan salah satu suku di pedalaman Kalimantan. Tulisannya ringan. Ringan banget. Seperti baca blog versi cetak. Seperti berbincang dan didongengi langsung oleh almarhum…

Saya sengaja menahan diri dari berbagi tulisan tentang hasil diskusi “Travel Writing” bersama Hari Kunzru akhir bulan lalu. Merasa tak layak sebelum membaca buku rekomendasi Bang Mula Harahap ini. Baru sampai di halaman tentang Suku Bakung dari Mahak-Dumuk, Kaltim. Kebetulan juga, akhir bulan ini akan melakukan perjalanan dinas ke beberapa site di Kalimantan. Misi boleh hanya tentang HR, tapi buah tangan harus dobel-dobel donk 😀

Baca entri selengkapnya »

Bermasalah dengan Merah

Hal pertama yang paling saya takutkan saat ini adalah kehilangan data-data dalam notebook dan smart-phone tercinta karena separuh ingatan, pemikiran dan kenangan tersimpan di gadget tersebut (beginilah manusia 2.0 😀 ). Sedangkan, hal kedua yang tak kalah menakutkan adalah menempelnya warna merah ke tubuh saya! Karena saya merasa sebagian besar kepercayaan diri turut menguap, berbanding lurus dengan semakin banyaknya corak merah yang hadir.

Terakhir kali saya (terpaksa) mengenakan atasan warna merah adalah saat ada acara besar yang melibatkan ratusan orang di Cipanas enam tahun yang lalu. Itu pun saya memilih pinjam daripada beli! Saya hanya tak ingin sehelai pun kain merah menodai isi lemari. Dan terakhir saya mengenakan pakaian berlebihan adalah saat sering menari Jawa klasik dan melakonkan wayang orang di panggung, lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dhapukan terakhir yang saya mainkan adalah berperan sebagai Pergiwa*. See, apa warna ageman Pergiwa? Hitam. Bukan Srikandhi (atau pun Wonder Woman?) yang selalu didominasi merah itu! Maaf, saya memang sangat bermasalah dengan merah.

Baca entri selengkapnya »

Di Sepanjang Mata Air Bening di Batin Ibu

HamilSaat ini, saya masih menghikmati detik-detik Ibu meregang nyawa untuk mengeluarkan tubuh mungil saya dari rahimnya.

Saat-saat bagi si jabang bayi untuk lahir, karena kandungan ibunya sudah tak lagi mampu menampung dirinya. Jabang bayi itu harus menjadi kandungan semesta.

Dan baru kali ini saya merasa sangat asing dengan diri sendiri. Seperempat abad kontrak hidup yang dijatahkan akan saya lewati. Jika alhamdulillah dua hari yang lalu saya telah memperpanjang kontrak untuk seperempat abad kedua. Mungkin akan ada yang ketiga, keempat, dst. Mungkin juga malah kontrak kedua ini pun tak sampai ke batas waktunya. Kita tidak akan pernah tahu.

Terasa asing karena saya disuguhi tontonan yang pemain utamanya ternyata adalah diri saya sendiri dalam 25 tahun terakhir. Bagaimana jabang bayi yang diberi nama lengkap Sanggita Trisna Endramurti ini melakonkan panggung dramanya sendiri. Tanpa pemeran pengganti.

Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Reflection. Tag: . 14 Comments »

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa

PuasaSemoga bukan sekedar kebiasaan untuk menjalankan kewajiban.
Bukan sekedar tradisi yang tak termaknai.
Bukan ketidaksabaran menunggu perayaan.

Selamat berpuasa, Kawan…

[Manusia adalah paradoks yang berjalan di atas dua kaki. Oleh karena itu, ia harus mampu meniti tali kesetimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial]

Semoga bukan sekedar kebiasaan untuk menjalankan kewajiban.
Bukan sekedar tradisi yang tak termaknai.
Bukan ketidaksabaran menunggu perayaan.

Selamat berpuasa, Kawan…

[Manusia adalah paradoks yang berjalan di atas dua kaki. Oleh karena itu, ia harus mampu meniti tali kesetimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial]

Ditulis dalam Reflection. 5 Comments »

Hidup yang Erotik : Merevitalisasi Kehidupan Modern dengan Semangat Purba [page 1 from 4]

shadowDitulis oleh : Jansen H. Sinamo (Direktur Institut Darma Mahardika – Jakarta, penulis buku ‘8 Ethos’)

Eros, erotik, erotisme. Tiga kata ini akarnya sama. Suasananya juga sama: gelora semangat purba yang atraktif dan menggoda. Menjijikkan bagi kaum saleh tapi menggairahkan bagi orang kebanyakan, kotor bagi para pemeluk teguh tapi merangsang bagi warga abangan, najis bagi umat alim tetapi tonikum vital bagi mereka yang letih lesu dan berbeban berat.

Kata Marc Gafni, eros adalah energi vital yang suci. Eros dan spiritualitas ternyata berkaitan erat secara mendalam. Tegasnya, yang erotik dan yang kudus sebenarnya serupa dan sama.

Baca entri selengkapnya »

Antara bekerja dan bersenang-senang : menulis dan berbincang

Angkringan HR

Menulis di sela-sela pekerjaan rutin. Di luar job-desc soalnya, hehe...

Di divisi HRGA PT BUMA tempat saya bekerja, ada media sosialisasi project HR dalam bentuk buletin dua mingguan bernama ‘Angkringan HR’. Ide dari Mr. DGM (Deputy General Manager) sendiri yang sepertinya melihat hobi menulis saya. Aseek..

Saat proses pengiriman e-mail edisi ketiga kemarin ke level Managing Director sampai Supervisor, ada beberapa nama yang belum tercantum di sent list e-mail saya. Kemudian beliau menegur via e-mail :

Mr. DGM : “Kok untuk supervisor tidak ada?”

Saya : “Udah kan, Pak? Di e-mail susulan karena supervisor dilampiri PDF edisi 1 sampai 3 sekalian.”

Mr. DGM : “Ok tks, Kabag TC belum.”

[Kabag TC : Training Center Section Head]

Saya : “Inggih, Pak. Sendhika dhawuh..”

[Iya, Pak. Siap menjalankan perintah..]

Mr. DGM : [mulai main wayang]

“Wara Sembodro…

Lha, kowe kok lali… ora ngirimake gaman kang wujud wacan angkringan marang para punggawa-ku TC. Mengko para punggawa aning lapangan bisa2 ora mbiyantu aku ning laga Kurusetra. Lha mengko piye, para prajurit ku bisa pralaya.

Baca entri selengkapnya »

Wima-Willa’s Update

1

dedek Willa ikut-ikutan memakai seragam Pesta Perpisahan aa-nya

willa pimbem

Banyak yang nanya : Nggi, boleh gigit pipinya? Boleeeh...

9

Aa Wima paling nggaya di antara temen sekolahnya. Ini pas manggung. Maklum, cucu seniman, hehe

Tulisan pemanasan 😆

Bulan Juni kemarin, sekolah aa Wima mengadakan perayaan kenaikan kelas. Anak TK kelas A ini, tahun ajaran 2009/2010 tetap kelas A. Maklum, baru 3,5 tahun. Kemajuannya adalah sudah bisa melafalkan ‘rrr’ dengan sempurna. Walhasil, apapun yang berbau r, akan dia katakan secara berlebihan : rrr *tumpengan*

Baca entri selengkapnya »

Kabut di perjalanan Senin dini hari

car-dashboard-nightTepat pukul 2.45 pagi di setiap hari Senin, saya bersiap meninggalkan Sukabumi menuju Jakarta. Ritual yang dulu sangat saya benci namun sekarang berlahan-lahan saya nikmati.

Ternyata pagi itu berkabut. Kaca mobil bagian depan menjadi buram. Dari 130 km jarak yang harus ditempuh, mobil terpaksa berhenti di km 13. Pun meski telah dibersihkan, jarak pandang hanya 5 m ke depan. Sedikit terbantu karena pendar-pendar lampu.

Tapi dengan mantap, mobil terus melaju. Seolah ia tahu ke mana arahnya, rute mana yang harus dilalui, dan kapan harus sejenak berhenti. Namun sebenarnya, mobil sekedar menyusuri aspal jalan yang disediakan. Ia hanya berpegang pada peta dan kompas dari Sukabumi menuju Jakarta.

Ah – pikir saya – bukankah demikian pula hidup?

Baca entri selengkapnya »

Rinduku

Ku merindukanmu, sayangAlunan nada itu menyentak ruang dengarku.
Menjembatani penggalan waktu bersamamu :
Pendar lampu Kota. Batavia. Dini hari. Kopi. Dan, diskusi.

Tahukah, jangkar yang kau benamkan ini terlalu berat?
Bahkan aroma tubuhmu masih melekat?

Saat ini kuhanya ingin berteriak lantang.
Menembus gendang telinga setiap orang…

Ku merindukanmu, sayang.

*Inspired by one tempting-night at Dunkin’ Donat, Hayam Wuruk.

Dari Penulis:

Saya lahir di keluarga yang mempunyai concern besar terhadap kesenian. Dedikasi Bapak dan Ibu saya terhadap budaya, Jawa khususnya, sudah dimulai sejak beliau berdua masih remaja. Tak heran jika sejak saya balita, tidak ada rasa canggung berdiri di atas panggung. Melakonkan Harjuna kecil dan menari Jawa tradisional telah menjadi ritual mingguan saya.

Baca entri selengkapnya »

Transformasi setelah hibernasi

View from the topGenap satu bulan saya menghibernasikan blog. Ada banyak kejadian yang saya alami dan tidak sabar ingin saya bagi.

Bukan peristiwa besar, hanya sekumpulan peristiwa-peristiwa sederhana namun tidak lagi dilihat dari sudut pandang orang awam.

Sebuah transformasi dari dalam dan butuh kesabaran. Karena seringkali membuat saya lebih moody dan sangat sensi.

Saya yakin, setiap orang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Mendengarkan kilatan-kilatan perasaanya, membahasakan dan memaknainya. Dan semua itu bermuara pada genangan pemahaman terhadap diri dan dunia yang lebih mendalam. Saya tidak tahu apakah Anda pernah mengalami hal yang sama. Tapi itulah kenyataan yang sedang saya rasakan.

Baca entri selengkapnya »