Yang lucu dari materi training ‘Pesan Berantai’

pesan-berantaiPermainan           : Pesan Berantai
Durasi                    : 15 Menit

Permainan ini adalah simulasi tentang komunikasi yang efektif.

Instruksinya sebagai berikut :

Trainee (peserta training) dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing sama jumlahnya. Kemudian membuat barisan dan memilih satu orang sebagai wakil dari kelompok tersebut yang akan berperan sebagai Managing Director.

Managing Director akan membisikkan kalimat kepada Division Head-nya yang harus meneruskan pesan tersebut ke bawahannya. Di belakang barisan disediakan flipchart untuk menulis hasil pesan yang diterima orang paling terakhir.

Nah, pemenangnya adalah yang paling banyak memiliki persamaan kata dengan yang ditulis.

Bayangkan jika hasilnya seperti ini…

Percakapan Managing Director ke Division Head :

“Besok akan ada gerhana matahari total pada jam sembilan pagi. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari. Untuk menyambut dan melihat peristiwa langka ini, seluruh karyawan diminta untuk berkumpul di lapangan dengan berpakaian rapi. Saya akan menjelaskan fenomena alam ini kepada mereka. Bila hari hujan, dan kita tidak bisa melihatnya dengan jelas, kita berkumpul di kantin saja.”

Division Head ke Department Head :

“Sesuai dengan perintah Managing Director, besok pada jam sembilan pagi akan ada gerhana matahari total. Bila hari hujan, kita tidak bisa berkumpul di lapangan untuk melihatnya dengan berpakaian rapi. Dengan demikian, peristiwa hilangnya matahari ini akan dijelaskan oleh Managing Director di kantin. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari.”

Baca entri selengkapnya »

I do love my job! How about you?

sunriseSudah setengah tahun ini divisi HRGA tempat saya bekerja melakukan face-off project sejak dipegang oleh pimpinan baru yang visioner. Totally ganti muka dan berubah peran.

Saya pun tidak lagi di area Recruitment and Selection (sekarang Recruitment and Assesment Center/RAC) namun pindah ke Organization Development (OD).

Sebuah ranah yang benar-benar baru bagi saya. Didasari oleh kecintaan pada ilmu Psikologi, keleluasaan tim OD untuk berkreasi bahkan mendapat apresiasi dari BOD membuat saya – yang belum berpengalaman ini – semakin bersemangat untuk bekerja.

Bayangkan, tim OD hanyalah sekumpulan anak muda yang suka hura-hura namun dipercaya sebagai think tank untuk membangun sistem sebuah perusahaan sebesar PT Bukit Makmur Mandiri Utama* (PT BUMA). Berbeda dengan divisi lain di head office ini, yang rata-rata pernah berada di posisi – minimal – manajer di perusahaan sebelumnya.

Baca entri selengkapnya »

Kenapa saya tidak jadi beli gadget terbaru

Nokia E71

Nokia E71

Blackberry Bold

Blackberry Bold

Nduk..nduk..wong kowe ki adoh-adoh kerja ning Jakarta kok ya hpmu durung ganti to?” tanya ibu penuh keprihatinan waktu saya pulang Solo bulan lalu.

Senada, kemarin mama mertua saya pun berpendapat yang sama. “Gi, memang sudah waktunya ganti hp,” saat melihat saya membaca majalah Pulsa edisi terbaru.

Suami saya pun mengusulkan untuk memilih Nokia E71. Setelah melakukan perbandingan, E71 memang lebih unggul daripada Blackberry Bold.

Detailnya tidak perlu saya paparkan disini ya, baca saja langsung di majalah Pulsa edisi 22 Januari – 6 Februari. *Terutama harganya sih. E71 4,9 juta sedangkan Blackberry Bold 7 jutaan

But wait….

Fiuuhhh, hampir saja saya kompulsif. Setelah menimbang-nimbang seharian, saya katakan pada suami, “Yang, aku ndak jadi beli hp aja. Aku tetep pake yang sekarang. Ndak usah ganti even yang murah sekalipun.

Lebih lanjut, saya paparkan 3 alasan kenapa saya tetap bertahan dengan hp jadul saya ini :

Baca entri selengkapnya »

3 Penyebab gagalnya eksekusi resolusi


runAll famous people have high ambitions and winning strategies…

But execution is key to close the gap from good to great.

Saya sering mendengar orang mengajukan berbagai macam alasan hanya untuk menutupi satu-satunya masalah dasar mereka : kemalasan.

Bukan berarti saya sendiri terbebas dari penyakit satu ini. Tetapi kadarnya menjadi jauh berkurang semenjak saya berpredikat sebagai istri dan ibu.

Misalnya, saat masih mahasiswa, saya bebas menentukan waktu kapan untuk tidur dan jam berapa bangun. Rasa-rasanya saya bisa bermalas-malasan di kasur jika masih ingin tenggelam di balik hangatnya selimut.

Berbeda dengan kondisi sekarang yang tentu saja tugas dan tanggung-jawab senantiasa menanti. Priviledge untuk tidur lebih hanya saya dapatkan jika badan benar-benar meminta istirahat, seperti demam atau maag kambuh. Karena saya pikir, lebih banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan dibandingkan hanya tidur.

Selebihnya, kelihaian dalam alokasi waktu untuk diri sendiri, pekerjaan kantor,  melayani suami, mengurus anak, membaca buku dan menulis blog sangatlah dibutuhkan. Pun jika harus memotong jatah tidur dan ngobrol ngalor ngidul.

Baca entri selengkapnya »

Tips menjawab pertanyaan wawancara kerja

interview-lagiAda temuan menarik dari sebuah studi, yaitu 5 jawaban teratas dari 1000 kandidat yang diajukan pertanyaan berikut : “How would you describe yourself to an interviewer?”

Top 5 answers : I am…

1. A people person

2. A hard worker

3. A quick learner

4. Dependable

5. A team player

Ingatlah saudara-saudara…these statements do not provide any real behavior.

Jika ingin mengatakan bahwa diri Anda adalah seorang hard worker, lebih baik beri contoh hal yang pernah Anda alami. Misalnya, saat kuliah, dosen Anda memberikan tugas paper yang harus selesai satu minggu. Topik yang dibahas sangat sulit bagi Anda.

Kemudian jelaskan pula action yang Anda lakukan untuk menghadapi situasi tersebut. “Yang saya lakukan adalah meminjam buku-buku dari perpustakaan serta melobi dosen agar dipinjami buku beliau. Saya juga search artikel dari internet dan mengajak diskusi senior-senior saya di kampus, bahkan dosen saya sendiri. Saya tidur hanya 3-4 jam setiap hari untuk membaca semua referensi dan menulis paper tersebut.”

Hasilnya seperti apa?Paper saya selesaikan dalam 3 hari dan mendapat excellent mark (A) untuk tugas tersebut.”

Ini hanya sebagian kecil contoh pertanyaan wawancara HRD dari belasan pertanyaan yang mungkin Anda terima. Jika ingin mendapat tips yang lebih mumpuni, baca saja postingan Mas Haryo Suryosumarto di blognya.

Semoga membantu.

Drama tentang turnaround Tupperware

nur-kuntjoroKemarin saya tidak posting blog karena menghadiri meeting Project Manager di Grand Asia Hotel.

Materi yang disampaikan lebih banyak laporan setiap divisi yang tumplek bleg dengan angka dan tentu saja tidak menarik jika disampaikan di sini.

Yang sepertinya cukup menghibur – demikian curhat salah satu rekan yang bertugas menyiapkan segala tetek bengek meeting – adalah sesi yang dibawakan oleh Pak Nur Kuntjoro sebagai pembicara tamu.

Tema yang disampaikan oleh Mantan Chief Operating Officer (COO) Tupperware Indonesia – yang kini memfokuskan diri sebagai Profit Improvement and Turnaround Consultant – ini sebenarnya sudah sering kita dengar, yaitu masalah transformasi organisasi, pola pikir yang menentang arus, optimisme, dan keberanian mengambil resiko.

Pak Nur Kuntjoro tidak hanya berbicara pada tataran konsep. Namun beliau merasakan sendiri babak belurnya memimpin perusahaan dalam badai krisis di tahun 1998 lalu. Alih-alih merugi, penjualan malah meningkat 222% dan otomatis Tupperware mendapatkan keuntungan besar.

Baca entri selengkapnya »

Teman bermain Wima-Willa di Sukabumi

Cucu-cucu Umi (kecuali Wima, pasti)

Cucu-cucu Umi

Inilah Wima in action (digendong di pundak ayahnya) bersama semua cucu Umi (75 tahun, nenek suami saya, nenek buyut Wima-Willa).

Semua berawal dari almarhum Bapak (sebutan untuk kakek) dan Umi – role model saya dan suami. Kemudian lahir 7 anak. Dari anak-anak itulah terlahir 13 cucu (yang satu masih bayi, jadi digantikan Wima) dan 3 cicit. Suami adalah cucu pertama.

Jika saya di Jakarta, merekalah yang menemani Wima dan Willa bermain. Apalagi tempat tinggalnya satu kompleks. Base camp-nya? ya di rumah Umi, hehe. Om dan tantenya masih kecil-kecil ya, jadinya rame sekali.

Ketika menatap foto ini, seringkali membuat saya termenung-menung, hal seperti ini pasti terjadi pada kami. Seperti apakah keturunan saya kelak? Akankah kami sesukses Bapak dan Umi menghantarkan anak-anaknya hingga dewasa? Mungkinkah kami diberi umur panjang hingga bisa melihat cucu dan cicit bertumbuh?

Hmmm, saya pasti menua. Dan saya ingin sebijaksana Umi dalam menjalani kehidupannya…

Ditulis dalam Reflection. Tag: , , . 5 Comments »

Satu lagi pelajaran untuk ibu muda

wima-2-bulan

Wima waktu masih 2 bulan

Dulu, ibu sering sekali melontarkan kata-kata, “Nan (nama kecil saya Nana), kamu sama dik Canggih (adik perempuan saya satu-satunya) itu beda karakter, jadi ibu pun harus menyikapi dan mendekati kalian dengan cara yang berbeda, tetapi harus tetap adil.”

Sekaranglah giliran saya menjalankan amanah yang tidak mudah ini : berbuat adil.

Meski Willa baru 3 bulan, dia mempunyai pembawaan sendiri sejak lahirnya : tenang, sedikit menangis, banyak tidur (minimal 2 jam, jadi ibunya bisa leluasa nge-blog hehe), jika ditinggal sendiri malah tidur (tanpa ditimang-timang lho, hebat ya, dengan catatan kalo sudah kenyang) dan banyak minum susu.

Untuk yang terakhir ini, saya memang dibuat kewalahan. ASI Perahan saya hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan Willa setiap hari yang mencapai 1 L!

Yap, dengan kondisi saya yang bekerja di Jakarta dan keluarga di Sukabumi, mengharuskan saya memerah ASI yang kemudian disimpan di freezer. Setiap Jum’at malam, saya bawa pulang dengan ice-cooler. Untuk hal satu ini, saya belajar dari istrinya mas Anjar dan Bundanya Dita.

Baca entri selengkapnya »

Pilih mana : Susun goal dengan SMART atau goal-free saja?

goal-free-livingAwalnya saya berniat untuk menulis tentang bagaimana menyusun goal dengan SMART (Spesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Timely), sebagai kelanjutan tulisan saya minggu lalu.

Namun draft tersebut akhirnya saya delete setelah ingat buku Stephen Shapiro yang berjudul Goal-Free Living.

Dikatakan bahwa 45% orang Amerika selalu menyusun New Year’s Resolutions, 17% infrequently set resolutions, 38% sama sekali tidak pernah menyusun resolusi.

Hanya 8% yang sukses mencapai resolusi mereka, 19% mencapai resolusi di tahun selanjutnya, 49% have infrequent success, dan 24% (1 dari 4 orang) TIDAK PERNAH sukses mencapai resolusinya setiap tahun.

Ini berarti, 3 dari 4 orang hampir tidak pernah sukses!

And here’s the punchline : There is no correlation between happiness and resolution setting/success.  People who achieve their resolutions every year are NO happier than those who do not set resolutions or who are unsuccessful in achieving them.” Begitulah hasil temuan Stephen Shapiro disini.

Baca entri selengkapnya »

Pro kontra merokok : drama yang tak kunjung usai

stop-smokingKetika masih tinggal bersama orangtua di Solo, seringkali kali saya menyindir bapak tentang pentingnya berhenti merokok.

Misalnya ketika melihat bapak membersihkan pipa rokok, sambil ngeloyor pergi, saya menyeletuk, “Wah wah wah, pipanya aja sekotor itu, gimana paru-parunya ya, Pak?”. Bapak pun memasang muka datar karena tidak bisa menyentak dengan serangan balasan, hehe.

Begitu pun suami saya yang super duper anti rokok. Sampai-sampai di kamarnya dipasang stiker no smoking area demi mencegah teman-temannya merokok di kamar.

Almarhum papa pun dibuat bingung mencari rokok yang ternyata disimpan di kulkas atau diremas kemudian dibuang di kolam belakang rumah. Beliau hanya bisa tersenyum pahit melihat polah anak laki-lakinya itu.

Ibu saya – dulu – pernah juga merokok demi mendapatkan suara yang lebih berat karena profesi beliau sebagai seorang seniman yang harus sering nembang. Itu pun atas saran bapak. Tapi 10 tahun belakangan ibu sudah disuruh bapak berhenti merokok. “Saru,” katanya.

Jika saya amati, ibu-ibu di Sunda pun merokok, tapi hanya untuk menghilangkan bau petai atau jengkol. Halah, ini sih sama saja.

Baca entri selengkapnya »